Google

Tuesday, March 11, 2008

Aku Pernah Datang Dan Aku Sangat Patuh


Ini kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang
memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu
polos.

Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di
dunia ini selama delapan tahun.

Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya pernah
datang dan saya sangat penurut'.


Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya
dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar
yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia.
Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang
dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang
berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan
pengobatannya.


Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua
kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang
mengadopsinya.

Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di
provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen
Yun Ya Chun Er Cu.

Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan
hidupnya.

Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak
ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.


Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah
saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas
hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi
kecil yang sedang kedinginan.

Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar
kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya
sudah mulai melemah, papanya berpikir kalau tidak ada
orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa
meninggal.

Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan
menghela nafas dan berkata, "Saya makan apa, maka kamu
juga ikut apa yang saya makan".

Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.


Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang
membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak
mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi
tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil
anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan.

Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim
silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar
serta memiliki kepintaran yang luar biasa.

Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun
dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai
Yu Yuan.


Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan
pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam
kesusahan memang luar biasa.

Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa
mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi,
dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda
dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang
orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa.

Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling
menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan
tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah
sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di
sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak
berpendidikan menjadi bangga di desanya.


Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi
untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di
sekolahnya diceritakan kepada papanya.

Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal
yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan
bahagia.

Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama,
tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat
berbahagia.


Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.

Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia
menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah
yang ternyata berasal dari hidungnya.

Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan
tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas
desa untuk disuntik.

Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan
darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan
bintik-bintik merah.

Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan
ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan
nomor karena antrian sudah panjang.

Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang
untuk menutupi hidungnya.

Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus
mengalir dan memerahi lantai.

Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah
baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung
Yu Yuan.

Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut
sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu
Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan
bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas.

Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan
biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat
anaknya yang terbaring lemah di ranjang.

Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan
anaknya.

Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan
teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.

Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual
rumahnya yang merupakan harta satu satunya.

Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang
singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari
kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.


Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata
pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar.
"Papa, saya ingin mati".

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu
baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?".

"Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa
saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini,
biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak
mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan
perawatan.

Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak
kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta
dua permohonan kepada papanya.

Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata
kepada papanya, "Setelah saya tidak ada, kalau papa
merindukan saya lihatlah foto ini".


Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi
ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang
memilih baju yang dibelinya.

Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan
corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela
melepaskannya.

Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu
Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik
mungkin berjuang untuk tersenyum.

Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga
tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.


Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang
bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan
seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang
ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari
rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah
laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.

Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur
pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota
Rong Cheng.

Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil
yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan
sampai ke seluruh dunia.

Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang
dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara
panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang
Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar.
Biaya operasi pun telah tercukupi.


Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta
kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan
tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.

Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk
mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan
pengobatan juga telah dilewati.

Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di email bahkan menulis, "Yu Yuan,
anakku yang tercinta. Saya mengharapkan kesembuhanmu dan
keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke
sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat.
Yu Yuan, anakku tercinta."


Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan
pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali
ke ibu kota.

Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini
memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup.

Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat
menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat.
Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.

Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum
padanya.

Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam
perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang
sangat hebat.

Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi
Yu Yuan tidak pernah mengeluh.

Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang
belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya,
tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak,
bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir
sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang
seorang ibu.

Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi
anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak
terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan
malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.


Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan
kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik".

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu
momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali.

Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan
banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.

Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah
berjuang menerobos sembilan pintu maut.

Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu
selamat dari bencana.

Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa
terkontrol.

Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan
Yu Yuan.


Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi
sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan
anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat
lemah.

Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin
lemah.

Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan
Fu Yuan, "Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk
saya?".

Wartawan tersebut menjawab, "Karena mereka semua adalah
orang yang baik hati".

Yu Yuan kemudian berkata, "Tante, saya juga mau menjadi
orang yang baik hati".

Wartawan itu pun menjawab, "Kamu memang orang yang baik.
Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi
semakin baik".


Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku,
dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat
wasiat saya."

Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut.

Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan
pemakamannya sendiri.

Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang
sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang
menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam
bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri
dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan
masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan.

Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata
setelah Yu Yuan meninggal.

Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat
tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah
memperhatikan dia lewat surat kabar.

"Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi.
Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan
ini bisa dibagikan kepada sekolah saya.

Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah
saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada
orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas
sembuh".


Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis
yang membasahi pipinya.

"Saya pernah datang, saya sangat patuh", demikianlah
kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan
hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa
mengandalkan infus untuk bertahan hidup.

Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie
instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di
pencernaan Yu Yuan semakin parah.

Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan
darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah
melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat.

Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang
ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap
tidak bisa membantunya.


Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut
akhirnya meninggal dengan tenang.

Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat
malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh
telah pergi ke dunia lain.

Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan
menghantar kepergian Yu Yuan.

Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan
karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung.

Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu
sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit,
kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah..........." demikian
kata-kata dari seorang pemuda tersebut.


Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan
saat hujan gerimis.

Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan
menangis mengantar kepergian Yu Yuan.

Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu
Yuan semasa hidupnya.

Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan
pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari
berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu
Yuan.

Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang
sedang tertawa.

Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku
sangat patuh" (30 November 1996 - 22 Agustus 2005).

Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup
Yu Yuan.

Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah
menerima kehangatan dari dunia.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar
tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukimia
lainnya.

Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :
Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao
Jian, Wang Jie.

Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari
keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang
berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima
bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil
melakukan operasi.

Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak
tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan
Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat
kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami
juga akan mengukirnya dengan kata-kata 'Aku pernah datang
dan aku sangat patuh'".


Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati.

Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan
akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang
dideritanya.

Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang
tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari
kalangan dunia.

Walaupun hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan
kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya
kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu
yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan
dan perhatian kepada orang yang membutuhkan.

Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi
seorang pengasih.


Ini kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang
memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu
polos.

Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di
dunia ini selama delapan tahun.

Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya pernah
datang dan saya sangat penurut'.


Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya
dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar
yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia.
Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang
dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang
berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan
pengobatannya.


Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua
kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang
mengadopsinya.

Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di
provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen
Yun Ya Chun Er Cu.

Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan
hidupnya.

Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak
ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.


Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah
saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas
hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi
kecil yang sedang kedinginan.

Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar
kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya
sudah mulai melemah, papanya berpikir kalau tidak ada
orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa
meninggal.

Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan
menghela nafas dan berkata, "Saya makan apa, maka kamu
juga ikut apa yang saya makan".

Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.


Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang
membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak
mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi
tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil
anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan.

Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim
silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar
serta memiliki kepintaran yang luar biasa.

Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun
dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai
Yu Yuan.


Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan
pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam
kesusahan memang luar biasa.

Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa
mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi,
dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda
dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang
orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa.

Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling
menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan
tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah
sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di
sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak
berpendidikan menjadi bangga di desanya.


Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi
untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di
sekolahnya diceritakan kepada papanya.

Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal
yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan
bahagia.

Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama,
tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat
berbahagia.


Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.

Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia
menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah
yang ternyata berasal dari hidungnya.

Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan
tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas
desa untuk disuntik.

Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan
darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan
bintik-bintik merah.

Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan
ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan
nomor karena antrian sudah panjang.

Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang
untuk menutupi hidungnya.

Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus
mengalir dan memerahi lantai.

Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah
baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung
Yu Yuan.

Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut
sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu
Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan
bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas.

Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan
biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat
anaknya yang terbaring lemah di ranjang.

Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan
anaknya.

Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan
teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.

Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual
rumahnya yang merupakan harta satu satunya.

Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang
singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari
kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.


Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata
pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar.
"Papa, saya ingin mati".

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu
baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?".

"Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa
saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini,
biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak
mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan
perawatan.

Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak
kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta
dua permohonan kepada papanya.

Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata
kepada papanya, "Setelah saya tidak ada, kalau papa
merindukan saya lihatlah foto ini".


Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi
ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang
memilih baju yang dibelinya.

Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan
corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela
melepaskannya.

Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu
Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik
mungkin berjuang untuk tersenyum.

Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga
tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.


Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang
bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan
seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang
ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari
rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah
laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.

Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur
pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota
Rong Cheng.

Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil
yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan
sampai ke seluruh dunia.

Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang
dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara
panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang
Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar.
Biaya operasi pun telah tercukupi.


Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta
kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan
tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.

Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk
mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan
pengobatan juga telah dilewati.

Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di email bahkan menulis, "Yu Yuan,
anakku yang tercinta. Saya mengharapkan kesembuhanmu dan
keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke
sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat.
Yu Yuan, anakku tercinta."


Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan
pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali
ke ibu kota.

Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini
memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup.

Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat
menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat.
Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.

Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum
padanya.

Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam
perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang
sangat hebat.

Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi
Yu Yuan tidak pernah mengeluh.

Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang
belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya,
tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak,
bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir
sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang
seorang ibu.

Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi
anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak
terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan
malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.


Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan
kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik".

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu
momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali.

Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan
banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.

Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah
berjuang menerobos sembilan pintu maut.

Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu
selamat dari bencana.

Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa
terkontrol.

Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan
Yu Yuan.


Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi
sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan
anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat
lemah.

Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin
lemah.

Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan
Fu Yuan, "Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk
saya?".

Wartawan tersebut menjawab, "Karena mereka semua adalah
orang yang baik hati".

Yu Yuan kemudian berkata, "Tante, saya juga mau menjadi
orang yang baik hati".

Wartawan itu pun menjawab, "Kamu memang orang yang baik.
Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi
semakin baik".


Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku,
dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat
wasiat saya."

Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut.

Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan
pemakamannya sendiri.

Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang
sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang
menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam
bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri
dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan
masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan.

Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata
setelah Yu Yuan meninggal.

Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat
tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah
memperhatikan dia lewat surat kabar.

"Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi.
Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan
ini bisa dibagikan kepada sekolah saya.

Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah
saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada
orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas
sembuh".


Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis
yang membasahi pipinya.

"Saya pernah datang, saya sangat patuh", demikianlah
kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan
hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa
mengandalkan infus untuk bertahan hidup.

Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie
instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di
pencernaan Yu Yuan semakin parah.

Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan
darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah
melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat.

Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang
ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap
tidak bisa membantunya.


Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut
akhirnya meninggal dengan tenang.

Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat
malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh
telah pergi ke dunia lain.

Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan
menghantar kepergian Yu Yuan.

Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan
karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung.

Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu
sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit,
kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah..........." demikian
kata-kata dari seorang pemuda tersebut.


Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan
saat hujan gerimis.

Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan
menangis mengantar kepergian Yu Yuan.

Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu
Yuan semasa hidupnya.

Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan
pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari
berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu
Yuan.

Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang
sedang tertawa.

Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku
sangat patuh" (30 November 1996 - 22 Agustus 2005).

Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup
Yu Yuan.

Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah
menerima kehangatan dari dunia.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar
tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukimia
lainnya.

Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :
Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao
Jian, Wang Jie.

Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari
keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang
berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima
bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil
melakukan operasi.

Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak
tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan
Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat
kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami
juga akan mengukirnya dengan kata-kata 'Aku pernah datang
dan aku sangat patuh'".


Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati.

Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan
akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang
dideritanya.

Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang
tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari
kalangan dunia.

Walaupun hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan
kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya
kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu
yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan
dan perhatian kepada orang yang membutuhkan.

Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi
seorang pengasih.

No comments: